Bagussas

Ilmu tanpa akal, ibarat bangunan tanpa pondasi.

  • Berkat

    Senin, 24 Oktober 2016

    Bahwa Kita Ditantang Seratus Dewa

    Aku tulis sajak ini,
    untuk menghibur hatimu.
    Sementara engkau kenangkan encokmu,
    kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang.
    Dan juga masa depan kita yang hampir rampung,
    dan dengan lega akan kita lunaskan. 
    Kita tidaklah sendiri,
    dan terasing dengan nasib kita.
    Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan. 
    Suka duka kita bukanlah istimewa,
    kerana setiap orang mengalaminya.
    Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh.
    Hidup adalah untuk mengolah hidup,
    bekerja membalik tanah,
    memasuki rahsia langit dan samodra,
    serta mencipta dan mengukir dunia. 
    Kita menyandang tugas, 
    kerna tugas adalah tugas. 
    Bukannya demi sorga atau neraka,
    tetapi demi kehormatan seorang manusia,
    kerana sesungguhnya kita bukanlah debu,
    meski kita telah reyot,tua renta dan kelabu. 
    Kita adalah kepribadian,
    dan harga kita adalah kehormatan kita. 
    Tolehlah lagi ke belakang,
    ke masa silam yang tak seorang pun berkuasa menghapusnya. 
    Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna. 
    Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita,
    sembilan puluh tahun yang selalu bangkit,
    melewatkan tahun-tahun lama yang porak peranda. 
    Dan kenangkanlah pula,
    bagaimana dahulu kita tersenyum senantiasa,
    menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita. 
    Kita tersenyum bukanlah kerana bersandiwara. 
    Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok. 
    Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap. 
    Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama, nasib dan kehidupan.
    Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna.
    Kenangkanlah bahawa kita telah selalu menolak menjadi koma. 
    Kita menjadi goyah dan bongkok,
    kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita,
    tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan. 
    Aku tulis sajak ini untuk menghibur hatimu 
    Sementara kau kenangkan encokmu,
    kenangkanlah pula bahwa hidup kita ditantang seratus dewa. 

    Oleh: W.S Rendra

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Intermeso

    Formulir Kontak

    Nama

    Email *

    Pesan *